Beranda · Pendidikan · RPP · Pengetahuan Agama · Lainnya

PLH Air dan Udara Dalam al-Qur`an

PLH Air dan Udara Dalam al-Qur`an- Keberadaan alam dan seluruh benda-benda yang terkandung di dalamnya merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Secara keseluruhan saling membutuhkan, dan saling melengkapi kekurangannya. Kelangsungan hidup dari setiap unsur kekuatan alam terkait dengan keberadaan hidup kekuatan lain. Kejadian alam dan apa yang di dalamnya saling mendukung sehingga ia disebut alam secara keseluruhan. Alam dan apa-apa yang ada di dalamnya seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang termasuk manusia dan benda mati yang ada di sekitarnya, serta kekuatan alam lainnya seperti angin, udara dan iklim hakekatnya adalah bagian dari keberadaan alam.

PLH Air dan Udara Dalam al-Qur`an
Masalah lingkungan dikenal dua kata kunci yang sangat erat hubungannya dengan keserasian lingkungan hidup, yaitu ekologi dan ekosistem. Ungkapan ekologi, ecologi berasal dari bahasa Yunani, oikosyang berarti rumah tangga dan kata logos yang berarti ilmu. Jadi ekologi dapat diartikan sebagai studi tentang rumah tangga makhluk hidup. Ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya, termasuk benda mati yang ada

Kehidupan yang mempunyai makna yang sebenarnya merupakan kehidupan yang memiliki nilai kemanfaatan dalam proses berlangsungnya hidup di alam jagad raya ini. Unsur yang terpenting dalam mewujudkan hidup yang bermakna terletak pada seluruh makhluk hidup yang memiliki fungsi kegunaan, baik atas dirinya maupun sesama makhluk hidup serta alam sekitarnya sebagai tempat makhluk hidup berada, karena pada setiap makhluk hidup ada kekuatan yang membangkitkan yang disebut energi.
 
Keberadaan matahari sebagai sumber energi sangat dibutuhkan oleh semua makhluk. Tumbuh-tumbuhan membutuhkan sinar matahari sebagai upaya mematangkan makanan yang dibutuhkan dan batang pepohonan mampu mengatasi banjir yang akan membahayakan makhluk hidup yang lain; hewan, tumbuhan termasuk manusia. Pada pokoknya setiap energi yang ada pada semua makhluk hidup saling dibutuhkan oleh sesamanya makhluk hidup yang masing-masing tergantung kepada makhluk hidup yang lainnya.

Atas dasar keterkaitan makhluk yang satu dengan yang lain dalam satu sistem kehidupan ini terbentuk suatu sistem kehidupan yang disebut Ekosistem. Ciri-ciri adanya ekosistem adalah berlangsungnya pertukaran dan transformasi energi yang sepenuhnya berlangsung di antara berbagai komponen dalam sistem itu sendiri atau dengan sistem lain di luarnya.

Karena adanya hubungan erat antara manusia dan Lingkungan Hidup, allah Menyebutkan beberapa fungsi serta tujuan Allah menciptakan unsur-unsur dalam kehidupan diantaranya adalah : 

 Udara

Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah udara, dalam hal ini udara yang mengandung oksigen yang diperlukan manusia untuk pernafasan. Tanpa oksigen, manusia tidak dapat hidup.

Tuhan beberapa kali menyebut angin (udara) dan fungsinya dalam proses daur air dan hujan. Firman Allah swt dalam QS. al-Baqarah (2): 164
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ(164)
Terjemahnya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. 
Pada ayat lain, yakni QS. al-Rum (30): 48 Allah juga berfirman :

اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ وَيَجْعَلُهُ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ فَإِذَا أَصَابَ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ(48)
Terjemahnya : Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira. 
 
Udara merupakan pembauran gas yang mengisi ruang bumi, dan uap air yang meliputinya dari segala penjuru. Udara adalah salah satu dari empat unsur yang seluruh alam bergantung kepadanya. Empat unsur tersebut ialah tanah, air, udara dan api. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern telah membuktikan bahwa keempat unsur ini bukanlah zat yang sederhana, akan tetapi merupakan persenyawaan dari berbagai macam unsur.
Air misalnya, terdiri dari unsur oksigen dan hidrogen. Demikian juga tanah yang terbentuk dari belasan unsur berbeda. Adapun udara, ia terbentuk dari sekian ratus unsur, dengan dua unsur yang paling dominan, yaitu nitrogen yang mencapai sekitar 78,084 persen dan oksigen sebanyak 20,946 persen. Satu persen sisanya adalah unsur-unsur lain.
Termasuk hikmah kekuasaan Tuhan dalam penciptaan alam ini, bahwa Dia menciptakan udara dengan nitrogen dan sifatnya yang pasif sebagai kandungan mayoritasnya, yaitu 78 persen dari udara. Kalau saja kandungan udara akan gas nitrogen kurang dari itu, niscaya akan berjatuhan bunga-bunga api dari angkasa luar karena mudahnya menembus lapisan bumi (hal itu yang kerap kali terjadi) dan terbakarlah segala sesuatu yang ada pada permukaan bumi.
Fungsi lain dari udara/angin adalah dalam proses penyerbukan/ mengawinkan tumbuh-tumbuhan. Allah swt, berfirman dalam QS. al-Hijr (15): 22 sebagai berikut :

وَأَرْسَلْنَا الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ فَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَسْقَيْنَاكُمُوهُ وَمَا أَنْتُمْ لَهُ بِخَازِنِينَ(22) 
Terjemahnya : Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpan-nya.
Dengan Di antara sekian banyak manfaat angin adalah kemampuannya dalam menggerakkan kapal-kapal untuk terus berlayar dengan izin Allah. Angin berfungsi juga untuk mengalirkan air dari satu tempat ke tempat lain, dan yang menyebabkan terbaginya hewan-hewan air ke berbagai permukaan air. Dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan, anginlah yang membawa benih-benih yang menyebabkan kesuburan dan penyerbukan serta penyebaran tumbuh-tumbuhan ke berbagai belahan bumi.

Namun angin juga bisa menjadi bencana bagi makhluk hidup ketika ia menjadi badai misalnya, Allah telah menghancurkan kaum ‘Ad dengan angin badai karena kekafiran dan kesombongan mereka di atas muka bumi ini, lalu mereka berkata, “Siapakah diantara kita yang lebih kuat ?”. Allah swt, berfirman dalam QS. al-Dzariyat (51):
وَفِي عَادٍ إِذْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الرِّيحَ الْعَقِيمَ
مَا تَذَرُ مِنْ شَيْءٍ أَتَتْ عَلَيْهِ إِلَّا جَعَلَتْهُ كَالرَّمِيم)
Terjemahnya : Dan juga pada (kisah) ‘Ad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan. Angin itu tidak membiarkan satu pun yang dilandanya melainkan dijadikannya seperti serbuk. 

Sebagai manusia terkadang muncul ketika datang angin topan yang sangat kencang dengan membawa debu dan hawa panas, yang akan membuat sebagian manusia sakit, mereka lupa bahwa itu semua terjadi atas kehendak Allah dan berjalan sesuai dengan hukum alam Nya yang tidak dapat dirubah. Sebab itulah Nabi saw, melarang pencelaan terhadap angin, beliau bersabda :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ e لَا تَسُبُّوا الرِّيحَ فَإِنَّهَا تَجِيءُ بِالرَّحْمَةِ وَالْعَذَابِ وَلَكِنْ سَلُوا اللَّهَ   مِنْ خَيْرِهَا وَتَعَوَّذُوا مِنْ شَ رِّهَا
Artinya : Rasulullah saw bersabda : Janganlah kalian mencela angin, karena sesungguhnya ia berasal dari ruh Allah Ta’ala yang datang membawa rahmat dan azab, akan tetapi mohonlah kepada Allah dari kebaikan angin tersebut dan berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya. (HR. Ahmad dari Abu Hurairah)
Sungguh, nikmat udara merupakan suatu nikmat yang sangat besar. Dengan demikian, manusia dituntut untuk memanfaatkannya sesuai dengan karunia yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka, dengan melestarikannya bukan dengan mencemarinya dan merusaknya, yang akan membawa mudharat bagi dirinya dan makhluk ciptaan Allah Swt, lainnya.

Air

Sumber kekayaan lain yang sangat penting untuk dijaga adalah air, sumber kehidupan bagi manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Allah Swt, berfirman dalam QS. al-Anbiya’ (21) , yakni “وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ” (Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu hidup).
Pada hakekatnya, air adalah kekayaan yang mahal dan berharga. Akan tetapi karena Allah menyediakannya di laut, sungai bahkan hujan secara gratis, manusia seringkali tidak menghargai air sebagaimana mestinya.
Namun satu hal penting yang layak direnungkan, bahwa air bukanlah komoditas yang bisa tumbuh dan berkembang. Ia tidak sama, misalnya dengan kekayaan nabati atau hewani, sebab itulah Allah swt, mengisyaratkan dalam QS. al-Mu’minun (23): 

وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَسْكَنَّاهُ فِي الْأَرْضِ وَإِنَّا عَلَى ذَهَابٍ بِهِ لَقَادِرُونَ
Terjemahnya : Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.
Jika makhluk hidup terutama manusia tidak bisa hidup tanpa air, sementara kuantitas air terbatas, maka manusia wajib menjaga dan melestarikan kekayaan yang amat berharga ini. Jangan sekali-kali melakukan tindakan-tindakan kontra produktif, yaitu dengan cara mencemarinya, merusak sumbernya dan lain-lain. Termasuk pula dengan tidak menggunakan air secara berlebih-lebihan (israf), menurut ukuran-ukuran yang wajar.

a. Larangan mencemari air

Bentuk-bentuk pencemaran air yang dimaksud oleh ajaran Islam di sini seperti kencing, buang air besar dan sebab-sebab lainnya yang dapat mengotori sumber air. Rasululullah saw bersabda :
… اتَّقُوا الْمَلَاعِنَ الثَّلَاثَةَ الْبَرَازَ فِي الْمَوَارِدِ وَقَارِعَةِ الطَّرِيقِ وَالظِّلِّ [51]
Artinya : Jauhilah tiga macam perbuatan yang dilaknat ; buang air besar di sumber air, ditengah jalan, dan di bawah pohon yang teduh. (HR. Abu Daud)
Rasulullah saw, juga bersabda : لَا يَبُولَنَّ أَحَدُكُمْ فِي الْمَاءِ الدَّائِمِ الَّذِي لَا يَجْرِي ثُمَّ يَغْتَسِلُ فِيهِ  (Janganlah salah seorang dari kalian kencing di air yang diam yang tidak mengalir, kemudian mandi disana. HR. Al-Bukhari)
Pencemaran air di zaman modern ini tidak hanya terbatas pada kencing, buang air besar, atau pun hajat manusia yang lain. Bahkan banyak ancaman pencemaran lain yang jauh lebih berbahaya dan berpengaruh dari semua itu, yakni pencemaran limbah industri, zat kimia, zat beracun yang mematikan, serta minyak yang mengenangi samudra.

b. Penggunaan air secara berlebihan.

Ada bahaya lain yang berkaitan dengan sumber kekayaan air, yaitu penggunaan air secara berlebihan. Air dianggap sebagai sesuatu yang murah dan tidak berharga. Karena hanya manusia-manusia yang berfikir yang mengetahui betapa berharga kegunaan dan nilai air. Hal ini sejalan dengan QS. al-An’am (6), yakni وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (Dan janganlah kalian israf (berlebih-lebihan). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlaku israf).

Ayat di atas, didukung juga oleh salah satu hadis, yakni
… أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِسَعْدٍ وَهُوَ يَتَوَضَّأُ فَقَالَ مَا هَذَا السَّرَفُ يَا سَعْدُ قَالَ أَفِي الْوُضُوءِ سَرَفٌ قَالَ نَعَمْ وَإِنْ كُنْتَ عَلَى نَهْرٍ جَارٍ
Artinya : Nabi saw, pernah bepergian bersama Sa’ad bin Abi Waqqas. Ketika Sa’ad berwudhu, Nabi berkata : “Jangan menggunakan air berlebihan”. Sa’ad bertanya : “Apakah menggunakan air juga bisa berlebihan ?”. Nabi menjawab: “Ya, sekalipun kamu melakukannya di sungai yang mengalir”.
 
Demikian Perhatian Islam terhadap Lingkungan Hidup serta Unsurnya seperti Air dan Udara, PLH Air dan Udara Dalam al-Qur`an semoga bermanfaat.

Artikel keren lainnya:

Penghijauan Dalam al-Qur'an

Penghijauan Dalam al-Qur'an- Apakah Alam Sudah Enggan Besahabat ???
Dalam Al-Quran banyak sekali diceritakan tentang musibah dan bencana yang menimpa orang-orang terdahulu. Dan, semua musibah dan bencana besar yang pernah menimpa manusia diterangkan dalam Al-Quran, adalah selalu terkait dengan kekufuran dan keingkaran manusia itu sendiri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Seperti firman Allah dalam surah Asy Syura ayat 30 yang artinya, “Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”

Herannya, bencana ekologis yang diakibatkan oleh kabut asap bukan terjadi sekali atau dua kali, tetapi rutin terjadi setiap tahun. Penyebabnya pun sudah terdeteksi, di antaranya akibat land clearing sejumlah perkebunan besar di Riau.

Begitu bangga dengan dosa, terus mengulang-ulang kesalahan yang sama, hingga alam enggan bersahabat dengan manusia. Hal ini seperti firman Allah yang artinya, “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu (di dunia) sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya (di akhirat nanti)”(Qs. Hûd: 3)

Dalam ayat lain Allah juga berfirman yang artinya, “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allâh; barang siapa yang beriman kepada Allâh, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu”(Qs. at-Taghâbun: 11)
Wahai anak manusia, tidak takutkah engkau dengan azab yang pedih dari Allah? Alam terus di rusak demi kepentingan duniawi. Bertaubatlah, sebelum Allah semakin murka karena bosan dengan tingkah manusia yang tak menghargai Sang Pencipta.Ayat di atas, melarang untuk merusak lingkungan, dan justeru sebaliknya yakni ayat tersebut menganjurkan manusia untuk berbuat baik dan atau memelihara lingkungannya.
Allah berfirman dalam Al-quran, yakni QS. al-A’rāf (7) Allah berfirman :
… وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Terjemahnya :… dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman”.
Penghijauan Dalam Islam

Penghijauan Dalam Islam.

Salah satu konsep pelestarian lingkungan dalam Islam adalah perhatian akan penghijauan dengan cara menanam dan bertani. Nabi Muhammad saw menggolongkan orang-orang yang menanam pohon sebagai shadaqah. Hal ini diungkapkan secara tegas dalam dalam hadits Rasulullah saw, yang berbunyi :
… قَالَ رَسُولُ اللَّهِ e مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
Artinya : “…. Rasulullah saw bersabda : tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya dengan tanaman itu adalah sadaqah”. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas).
Pada QS. al-An’am (6): 99, Allah berfirman ;

وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَان دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ انْظُرُوا إِلَى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ إِنَّ فِي ذَلِكُمْ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ(99)
Terjemahnya : Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.
 
Ada dua pertimbangan mendasar dari upaya penghijauan ini, yaitu :
(a) pertimbangan manfaat, sebagaimana disebutkan dalam QS. Abasa (80): 24-32, sebagai berikut :
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ (24) أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا ( 25) ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا (26) فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا (27) وَعِنَبًا وَقَضْبًا (28) وَزَيْتُونًا وَنَخْلًا (29) وَحَدَائِقَ غُلْبًا (30) وَفَاكِهَةً وَأَبًّا (31) مَتَاعًا لَكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ ()32
Terjemahnya : maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguh-nya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, Zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.  
b) pertimbangan keindahan, sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Naml (27): 60, sebagai berikut :
أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ(60)
Terjemahnya : Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). 
Maka lihatlah pada ungkapan ini  “kebun-kebun yang sangat indah” yang berarti menyejukkan jiwa, mata dan hati ketika memandangnya. Setelah Allah swt, memaparkan nikmat-nikmat-Nya, baik berupa tanaman, kurma, zaitun, buah delima dan semacamnya, Dia melanjutkan firman-Nya أنظروا إلى ثمره إذ أثمر وينعه“lihatlah/perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pula) kematangannya” (QS. 6 : 99).

Imam al-Qurtubi, mengatakan di dalam tafsirnya ; “Bertani bagian dari fardhu kifayah, maka pemerintah harus menganjurkan manusia untuk melakukannya, salah satu bentuk usaha itu adalah dengan menanam pohon.” 
Demikian Ayat-ayat mengenai Penghijaun dan Pelesatrian Lingkungan Yang telah dianjurkan oleh Islam, Hal ini guna menanggulangi terjadinya pencemaran Lingkungan lewat kabut Asap, polusi udara dan keburukan lainnya yang disebabkan karena tidak adanya penghijauan dibuni ini. 

Artikel keren lainnya:

Ideologi Pendidikan

Ideologi Pendidikan- Ideologi pendidikan : Sebuah konsep

Ideologi adalah sebagai sebuah konsep, para ahli maaengemukakan definisi atau pengertian tentang ideologi dari berbagai perspektif. Ideologi memperoleh makna tertentu melalui wacana dan konteks. Ia bisa bermakna sebagai sesuatu yang positif, netral yang bersumber dari ide-ide tertentu, namun juga ia bisa dimaknai sebagaiyang neggatif. Sinomin dengan tipu daya dan kefanatikan. David Mclellan member pengantar untuk topic ideologi dimulai dengan menyatakan: Ideologi adalah suatu konsep yang paling sukar di pahami dalam ilmu sosial secara keseluruan.

Ideologi Pendidikan
Dalam penggunaan sehari-hari, ideologi cenderung menjadi istilah negative yang terutama digunakan untuk mengelompokan ide-ide yang bias dan/atau ekstrim. Untuk menghidari kesalah pahaman arti ideologi, maka perlu melihat pendekatan-pendekatan yang digunakan sebagai berikut :
1.      Ideologi sebagai pemikiran politik
2.      Ideologi sebagai kepercayaan dan norma
3.      Ideologi sebagai bahasa, simbol, dan mitos, serta
4.      Ideologi sebagai kekuatan elite.

Sebagai sebuah konsep istilah, ideologi dimaksud disini  adalah serangkaian kepercayaan (belief) yang menjadi orientasi bagi sebuah tindakan. Antoine Destutt de Tracy (1754-1836M), seorang bangsawan yang bersimpati pada revolusi prancis (1789), pengikut rasional gerakan pancerahan, yang menciptakan istilah ideologi Pada 1796. Ia memandang ”ideologi” sebagai ilmu tentang pikiran manusia yang mampu menunjukkan arah yang benar menuju masa depan. Sementara menurut O’Neill, ideologi pola gagasan yang mengarahkan dan menggerakkan tindakan-tindakan dalam pendidikan dipandang sebagai sistem nilai atau keyakinan yang mengarah dan menggerakkan suatu tindakan sosial. Dengan demikian ideologi pendidikan membahas dan mengkaji sistem nilai atau pola gagasan yang menggerakkan tindakan pendidikan inilah yang sering dalam posisi out side kesadaran kita (pendidikan). Sehingga subjek pendidikan sering “awam” atau “mungkin” pura-pura awam dengan sistem nilai atau gagasan tersebut. Implikasinya orang-orang yang terlibat dalam proses pendidikan, utamanya peserta didik, terpasung dan terformat oleh pola gagasan yang berada di luar kesadarannya. Akibatnya dunia pendidikan dijadikan alat legitimate penguasa untuk mempertahankan “status quo” dengan cara memasung kebebasan akademik atas nama asas pancasila.

Persoalan ideologi dalam pendidikan, memang merupakan masalah yang rumit, karena terkait dengan sistem nilai atau pola gagasan yang menjadi keyakinan  seseorang atau kelompok bahkan menurut O Neill, upaya untuk mengetahui ideologi pendidikan seseorang biasanya tidak cukup untuk membuat kita tahu apa yang paling mungkin untuk dilakukan dalam penjelasan lebih lanjut, O Neill menggunakan struktur fundamental yang menghubungkan antara sistem nilai dengan kebijakan-kebijakan pendidikan. Dalam hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Prisip-prisip Nilai(volue principles)
Dalam prisip ini akan muncul pertanyaan, apa yang ideal ? (apakah yang   memiliki kebaikan tertinggi?)  Jawaban dari pertanyaan ini selanjutnya akan menjadi landasan bagi ( basic to…………)
2. Prinsip-prisip moral (moral principles)
Dalam prisip ini akan muncul pertanyaan, prilaku apa yang bermoral ? ( Basic to Establisment of……….)
3. Kebijakan-kebijakan Moral (Moral policies)
Dalam prisip ini akan muncul pertanyaan, tindakan apa yang bermoral ? (Fundomental to………).
4. Kebijakan-kebijakan pendidikan (Education policies)

Pengetahuan macam apakah yang diperlukan, dan bagaimana ia diberikan kepada orang lain ?
Teori ideologi menurut O’Neill ini bersumber dari etika sosial (moral maupun politik) Etika sosial ini kemudian menjadi sistem nilai yang mengarah pendidikan, dan sistrm nilai ini menjadi sebab sekaligus akibat daari perubahan sosial yang mendasar.

Ideologi Konservatif dibagi lagi dalam tiga kelompok yaitu: fundamentalisme, intelektualisme, dan konservatisme, sedangkan ideologi penddikan liberal dibagi juga dalam tiga kelompok, yaitu: liberalisme, liberasinisme, dan anarkisme. Pemetaan ideologi yang dilakukan O’Neill ini baru sebatas sumbangan teoritis untuk pemetaan ideologi pendidikan di Indonesia.

Secara umum kita mengetahui bahwa peta ideologi pendidikan di Indonesia lebih bersifat sentralistik, karena mengacu pada ideologi Negara yakni ideologi pancasila yang sarat dengan kepentingan-kepentingan penguasa Negara, namun dengan mencoba melalui implementasi instrument pendidikan, kita dapat memetakan ideologi pendidikan nasional berdasar pada teori O’Neill.

Mengkaji ideologi pendidikan di Indonesia, kita memerlukan pengetahuan tentang tripilogi (kurikulm). Dengan sistem MBS yang belum lama diberlakukan oleh pemerintah, disini coba diasumsikan bahwa MBS muncul karena:

1.  Keinginan untuk menyelaraskan antara materi pendidikan dengan kebutuhan peserta didik.
2. Keinginan untuk mengoptimalkan otonomi sekolah dan daerah, sehingga beban (pendanaan)sedikit berkurang.

Tetapi pada dataran realitas, ternyata pendidikan di Indonesia, terjadi kesalahan kelola. Ini terbukti pada birokrasi pemerintah yang lebih bersifat inkonsisten, irasional, pragmatis, otoriter dan tidak professional. Karena professional lebih dimaknai sebatas pada bayaran yang tinggi tanpa memerhitungkan kualifikasi, tanggung jawab dan intregritas yang tinggi. Ini adalah warisan orde baru yang hanya mengajarkan kepatuhan dan manipulasi saja.

Ideologi Pendidikan Islam

Selain pada muamalah yang berkenaan dengan عقيدة (keimanan) dan ibadah khusus (محضة) yang bersifat baku dan operasional, Islam hanya memberikan pedoman hidup yang bersifat fundamental dengan nilai-nilai transcedental yang sesuai dan menjadi kebutuhan hidup manusia. Dengan kata lain, nilai-nilai implementasinya sebagian besar diserahkan kepada manusia.

Akan halnya pendidikan, yang merupakan معاملة دنياوية, maka secara fitrah telah menjadi tugas manusia untuk memikirkan dan mengembangkannya secara terus menerus, seirama dengan perubahan dan tantangan zaman. Hal ini menuntut para pendidik muslim untuk menyusun konsep pendidikan Islam yang relevan dengan perubahan zaman dan mampu menjawab setiap tantangan berdasarkan nilai-nilai dasar Islam.

Sejak awal abad ke-20 sampai sekarang humanisme merupakan konsep kemanusiaan yang sangat berharga karena konsep ini sepenuhnya memihak pada manusia, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dsan menfasitasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia untuk memelihara dan menyempurnakan keberadaannya sebagai makhluk mulia. Demikian berharganya konsep ini humanisme ini, maka terdapat sekurang-kurangnya empat aliran penting yang mengklaim sebagai pemilik asli konsep humanisme, yaitu : Liberalisme Barat, Marxisme, Eksistensialisme dan Agama.

Keempatnya memiliki titik-titik kesepakatan mengenai prinsip-prinsip dasar kemanusiaan sebagai nilai universal. Dalam hal ini Ali Syari’ati mendeskripsi kedalam tujuh prinsip, yaitu:
  • Manusia adalah makhluk asli, artinya ia mempunyai substansi yang mandiri di antara makhluk-makhluk lain, dan memiliki esensi kemuliaan.
  • Manusia adalah mekhluk yang memiliki kehendak bebas yang merupakan kekuatan paling besar dan luar biasa. Kemerdekaan dan kebebasan memilih adalah dua sifat ilahiah yang merupakan ciri menonojol dalam diri manusia.
  • Manusia adalah makhluk yang sadar (berpikir) sebagai karakteristik manusia yang paling menonjol. Sadar berarti manusia dapat memahami realitas alam luar dengan kekuatan berpikir.
  • Manusia adalah makhluk yang sadar atas dirinya sendiri, artinya dia adalah makhluk hidup satu-satunya yang memuliki pengetahuan budaya dan kemampuan membangun perasadaban.
  • Manusia adalah makhluk kreatif, yang menyebabkan manusia mampu menjadikan dirinya makhluk sempurna didepan alam dan dihadapan tuhan.
  • Manusia makhluk yang punya cita-cita dan merindukan sesuatu yang ideal, artinya dia tidak menyerah dan menerima ‘apa yang ada’, tetapi selalu berusaha megubahnya menjadi ‘apa yang semestinya’.
  • Manusia adalah makhluk moral, yang hal ini berkaitan dengan masalah nilai (value).
Humanisme yang diangkat menjadi paradigma ideologi Islam pada dasarnya juga bertolak dari ketujuh prinsip dasar kemanusiaan tersebut yang implisit dalam konsep fitrah (فطرة) manusia. Namun demikian, humanisme dalam pandangan Islam tidak dapat dipisahkan dari prinsip teosentrisme. Dalam hal ini, keimanan ‘tauhid’ sebagai inti ajaran Islam, menjadi pusat seluruh orientasi nilai. Namun perlu dijelaskan bahwa semua itu kembali untuk manusia yang dieksplisitkan dalam tujuan risalah Islam, رحمة لالعالمين (rahmat bagi seluruh alam).

Islam sebagai pandangan hidup yang berlandaskan nilai-nilai ilahiyah, baik yang termuat dalam Al-Qur’an maupun Sunnah Rasul diyakini mengandung kebenaran mutlak yang bersifat transedental, universal dan eternal (abadi), sehingga akidah diyakini oleh pemeluknya akan selalu sesuai dengan fitrah manusia, artinya memenuhi kebutuhan manusia kapan dan dimanapun (لكل زمان و مكان).

Dengan demikian, karena pendidikan Islam adalah upaya normatif yang berfungsi untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia, maka harus didasarkan pada nilai-nilai tersebut di atas baik dalam menyusun teori maupun praktik pendidikan.

Dasar pendidikan Islam adalah yang tergolong intrinsik, fundamental, dan memiliki posisi paling tinggi adalah tauhid karena merupakan seluruh fondasi seluruh bangunan ajaran Islam.

Pandangan hidup tauhid bukan sekedar pengakuan akan keesaan Allah, tetapi juga meyakini kesatuan penciptaan ‘unity of creation’, kesatuan kemanusiaan ‘unity of mankind’, kesatuan tuntunan hidup (unity of guidance), dan kesatuan tujuan dari kesatuan hidup ‘unity of Godhead’.

Dengan dasar tauhid ini, tampak jelas bahwa pendidikan Islam berlandaskan pandangan teosentrisme (berpusat pada Tuhan).

Perlu juga dijelaskan bahwa pandangan hidup yang melandasi pendidikan Islam merupakan perpaduan
antara teosentrisme dan humanisme, sehingga terbentuklah istilah humanisme-teosentris.

Karena pendidikan Islam juga berlandaskan humanisme, maka nilai-nilai fundamental yang secara universal dan obyektif merupakan kebutuhan manusia perlu dikemukakan sebagai dasar pendidikan Islam, walaupun posisinya dalam konteks tauhid sebagai nilai instrumental. Nilai-nilai yang dimaksud meliputi kemanusiaan, kesatuan umat manusia, keseimbangan, dan rahmat bagi seluruh alam. (رحمة لالعالمين).

Menurut Sikun Pribadi, tujuan pendidikan merupakan masalah inti dalam pendidikan, dan saripati dari seluruh renungan pedagogik. Dengan demikian, tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan jalannya pendidikan sehingga perlu dirumuskan sebaik-baiknya sebelum semua kegiatan pendidikan dilaksanakan.

Suatu rumusan tujuan akan tepat apabila sesuai dengan fungsinya. Oleh karena itu perlu ditegaskan fungsi dari pendidikan itu sendiri. Di antara para ahli didik ada yang berpendapat bahwa fungsi tujuan pendidikan ada dua yang kesemuanya bersifat normatif:

Memberikan arah bagi proses pendidikan. Sebelum kita menyusun kurikulum, perencanaan pendidikan dan berbagai aktivitas pendidikan, langkah yang harus dilakukan pertama kali ialah merumuskan tujuan pendidikan. Tanpa kejelasan tujuan, seluruh aktivitas pendidikan akan kehilangan arah, kacau bahkan menemui kegagalan.

Memberikan motivasi dalam aktivitas pendidikan karena pada dasarnya tujuan pendidikan merupakan nilai-nilai yang ingin dicapai dsan diinternalisasikan pada anak atau subjek didik.

Tujuan pendidikan islam merupakan kriteria atau ukuran dalam evaluasi pendidikan. Menurut Omar Muhammad Attoumy Asy-Syaebani, tujuan pendidikan Islam memiliki empat ciri pokok.
  1. Sifat yang bercorak agama dan akhlak. 
  2. Sifat kemenyeluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar (subjek didik), dan semua aspek perkembangan dalam masyarakat.
  3. Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaannya.
  4. Sifat realistik dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan perbedaan-perbedaan perseorangan diantara individu, masyarakat dan kebudayaan dimana-mana dan kesanggupannya untuk berubah dan berkembang bila diperlukan.

Lihat juga: Awal permusuhan anjing dan kucing

B. Paradigma  Pendidikan Islam di Indonesia.

Mengarahkan pandangan ke arah pembangunan pendidikan di Indonesia tampaknya membutuhkan keseriusan. Banyak kendala yang menghadang. Tidak hanya aspek internal, melainkan benturan kebudayaan (clash of civization), memaksa pemerhati, pakar dan pelaku pendidikan untuk mengkaji ulang mengenai orientasi sistem pendidikan bangsa. Paradigma pendidikan yang berkembang di Indonesia lebih bersifat pada silent culture.
Dari sini kemdian timbul pertanyan, apa saja aspek kehidupan ini? dalam konteks inilah para pemikir dan pengembang pendidikan mempunyai visi berbeda-beda, perbedaan tersebut tidak bisa lepas dari sistem politik dan watak sosiokultural yang mengitarinya. Misalnya, secara historis – sosiologis, Muhaimin memetakan setidak-tidaknya telah muncul beberapa paradigma pengembangan pendidikan (Islam) sebagai berikut:

1.Paradigma Formisme

Di dalam paradigma ini, aspek kehidupan dipandang dengan sangat sederhana, dan kata kuncinya adalah dikotomi dan diskrit. Segala sesuatu hanya dilihat dari dua sisi yang berlawanan, seperti laki-laki dan perempuan, ada dan tidak ada, madrasah dan non madrasah, pendidikan agama dan pendidikan umum,dan seterusnya.

Paradigma tersebut pernah terwjud dalam realitas sejarah pendidikan (islam). Pada periode pertengahan, lembaga pendidikan islam (terutama madrasah sebagai perguruan tinggi atau  al-jamiah) tidak pernah menjadi universitas yang difungsikan semata-mata untuk mengembangkan tradisi penyelidikan bebas berdasarkan nalar. Ia banyak diabdika pada  al-ulum al-madinah. Sementara itu penguasa politik yang memprakasai berdirinya madrasah, mungkin karna dorongan politik tertentu  motivasi murni menegakkan ortodoksi, sering mendikte madrasah atau al-jamiah untuk tetap dalam kerangka ortodoksi (kerangka syariah).

2. Paradigma Mekanisme

Paradigma mekanisme memandang kehidupan terdiri dari berbagai aspek dan pendidikan dipandang sebagai penanaman dan pengembangan seperangkat nilai kehidupan, yang masing-masing bergerak dan berjalan menurut fungsinya, bagaikan sebuah mesin yang terdiri atas beberapa komponen atau elemen-elemen, yang masing-masing menjalankan fungsinya sendiri-sendiri, dan antara satu dengan yang lainnya bisa saling konsultasi atau tidak.

Dalam paradigma ini, pendidikan agama sebagai sumber nilai lebih menonjolkan fungsi moral dan spiritual atau demensi efektifnya dari pada demensi kognitif dan psikomotor, dalam arti demensi kognitif dan psikomotor diarahkan untuk pembinaan efektif (moral dan spiritual), yang berbeda dangan mata  pelajaran lainnya.

Paradigm organisme merupakan kesatuan atau sebagai system (yang terdiri atas komponen-komponen yang rumit) yang berusaha mengembangkan pandangan atau semangat hidup yang di manifestasikan dengan sikap hidup dan ketrmpilan hidup.Dalam konteks pandangan semacam itu,penting kiranya membangun kerangka pemikiran yang bersumber pada fundamental doctrins dan fundamental volues yang tertuang dalam AL-Quran dan As-Sunnah.

Melalui upaya semacam itu, maka sistem pendidikan (islam) diharapkan dapat mengintegresikan nilai-nilai pengetahuan, nilai-nilai agama dan etik,serta mampu melahirkan manusia-manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), memilik kematangan propresional, dan sekaligus hidup di dalam nilai-nilai agama (imtag).

C.  Menilik Ideologi Pendidikan Pesantren

Dilihat dari pemetaan ideologi pendidikan yang di lakukan oleh O’Neill, dunia pendidikan pesantren di Indonesia dapat di petakan kedalam tiga tipe :

Pertama, idiologi pendidikan konservatif atau idiologi tradisional. Pada model pendidikan pesantren ini, pendidikan tidak lebih hanya sebatas proses transfer of kwoledge, pengalihan dan pemberian pengetahuan dari kiai atau (guru) kepada santri (murid). Idiologi yang di bangun pada model pesantren ini adalah bahwa seseorang wajib untuk menuntut ilmu. Dalam pencarian ilmu itu seorang murid harus melalui guru atau kiai yang menjadi sumber pengetahuan. Ketika sedang menuntut ilmu, maka seorang santri atau murit harus tunduk dan patuk pada apa yang menjadi ketentuan guru( melalui aturan atau kode etik pesantren) yang telah ditentukan secara otoritatif oleh kiai sebagai pengasuh utama di pesantren. Model pesantren seperti ini direpresentasikan oleh pesantren salafiyah (tradisional) pada umumnya.

Kedua, idiologi pendidikan modern (dalam ungkapan O’Neill disebut dengan idiologi liberal). Pada model pendidikan ini, pendidikan adalah sebuah proses pendewasaan diri yang dilakukan oleh pelajar atau siswa atau santri. Sebagai prosese pendewasaan, maka seorang santri harus menjadi subjek dalam proses pendidikan. Ia tidak terbelenggu oleh sekat-sekat “aturan” atau “kode etik” santri. Santri sebagai subjek pendidikan berhak untuk menentukan caranya sendiri dan tujuannya tanpa harus mengikuti apa yang menjadi garis atau aturan guru atau kiai. Dalam proses pembelajarannya santri tidak sekedar menjadi sasaran pendidikan yang diberikan oleh kiai, akan tetapi santri boleh mengkritik dan bahkan “melawan” kiai (dalam konteks menyalahi atau berbeda pendapat dengan kiai). Pada model pesantern ini, santri bisa menentukan sendiri mareri apa yang hendak dipelajari atau memilih kiai (guru) nya.

Ketiga, idiologi pendidikan transvormatif atau partisipatoris, dengan kata lain pendidikan pesantren yang berbasis masyarakat, idiologi pendidikan pesantren yang cukup penting dan berpengaruh bagi umat islam. Pesantren yang memiliki model seperti ini bisa dicontohkan pada kasus pesantren Maslakhul Huda di bawah asuhan K.H. MA. Sahal Mahfudh, seorang kiai yang mempelopori gerakan pendidikan pesantren berbasis masyarakat dalam pesantren model ini pendidikan diarahkan kepada bagaimana pembelajaran di pesantren ini adalah tidak hanya sekedar mempelajari ilmu-ilmu agama (Qur’an, Hadist, Fiqih, Akhlaq, Tasawuf dan lain-lain)

D. Paradigma Baru Pendidikan Tinggi Islam: Integrasi Keilmuan


Mencermati proses serta kenyataan pendidikan yang berlangsung di Indonesia selama ini yang masih mencari bentuk idealnya,kita memulai paradigma penddikan islam yang ideal. Paradigma ilmu selama ini diikuti oleh masyarakat pendidikan di Indonesia yang dikotomik ternyata berdampak pada terjadinaya ketimpangan pengembangan keilmun yang mengarah kepada ilmu yang sekularistik dan ilmu yang fundamentalistik (normatif), dengan adanya pemisahan ilmu agama dan ilmu umum.

Akhir-akhir ini, kehadiran universitas Islam Negeri di beberapa kota di wilayah Indonesia,yakni di Jakarta (UIN syarif hiyatullah Jakarta), di Yogyakarta (UIN Sunan kalijogo Yogakarta), di malan (UIN Malang), dan di pekanbaru  (UIN Syarif Qosim Pekanbaru, Riau),salah satu misinya adalah berupa mengembangkan keilmuan yang bersifat integrative.

Namun demikian, penulis melihat kenyataan bahwa di masing-masing UIN tersebut, selain mengembangkan fakultas agama juga mengembangkan fakultas-fakultas umum. Akibatnya, ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum lagi-lagi masih terlihat dengan jelas terpisah, yakni masih memeihara pandangan dan perlakuan dikotomi  terhadap ilmu. Hal ini diperkuat dengan masih adanya dua lembaga  (departemen) pengelola pendidikan tinggi islam, yakni Departemen pendidikan Nasional (Diknas) sebagai tepat bernaungnya fakultas-fakultas umum (seperti saintek dan sosial humaniora) dan departemen agama (Depag) yang menaungi fakultas-fakultas agama (Arab, Dakwah, Syariah, Tarbiyah, dan Ushuludin),  yang kedua-duanya memang diakui secara yuridis formal.

Fakta yang demikian, dengan masih lekatnya dikotomisasi keilmuan di Indonesia, tidak berarti penyelanggaraan pendidikan (tinggi) tidak bisa merubahnya, bahkan dengan konversi sejumlah IAIN dan STAIN menjadi UIN adalah sebagai jawaban untuk menuju universitas yang integralistik, yang mengembangkan ilmu secara integratif non dikotomik

PUSTAKA
  • Abdurrohman Mas’ud 2002, “ Sejarah dan budaya  Pesantren “ dalam Ismail SM ( ed ), Dinamika Pesantren dan Madrasah ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  •  Ahmad Arifi , 2005, “ Paradigma Pendidikan Pesantren berbasis Masyarakat “, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan Islam,  Yogyakarta : fakultas tarbiyah UIN Sunan Kalijogo, Volume  6, Nomor 2, Juli 2005.
  •  Ahmad Tafsir , 1984, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Cet. Kedua, Bandung : Remaja Rosdakarya.
  • Atho Mudzhar , 1998, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta :Pustaka Pelajar.

Artikel keren lainnya:

Nama Nenek Nabi dan Kisah Cinta Abdullah

Nama Nenek Nabi dan Kisah Cinta Abdullah- Nama ayah Nabi Muhammad SAW ialah : Abdullah ibn Abdul Mutthalib ibn Hasyim ibn Abd Manaf ibn Qushay ibn Kilab ibn Murrah ibn Ka’ab ibn Lu’ay ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik ibn al-Nadhr ibn Kinanah ibn Khuzaimah ibn Mudrikah ibn Ilyas ibn Mudhar ibn Nizar ibn Ma’ad ibn Adnan.
Sedangkan nama ibunya Nabi Muhammad SAW ialah : Aminah bint Wahb ibn Abd Manaf ibn Zuhrah ibn Kilab. Nasab kedua orangtua Nabi Muhammad SAW bertemu di salah satu kakek mereka yang bernama Kilab.

Ayah

Nama Ayah beliau adalah Abdullah ibn Abdul Mutthalib ibn Hasyim adalah putra terkecil pasangan Abdul Mutthalib dengan Istrinya Fatimah bint ‘Amr. Abdullah merupakan putra Abdul Mutthalib yang terbaik, paling disayang dan dikenal sebagai sembelihan (al-Dzabih). Dijuluki sebagai sembelihan adalah karena Abdul Mutthalib bernadzar bahwa jika anak laki-lakinya genap sepuluh maka satu diantaranya akan disembelih. Dan ternyata Allah memberinya sepuluh anak laki-laki. Maka terjadilah pengundian dan ternyata anak yang harus disembelih itu jatuh ke Abdullah. Abdul Mutthalib ingin melaksanakan nadzar ini, dia segera mengambil pisau dan pergi menuju Ka’bah untuk menyembelihnya. Tiba di depan Ka’bah, kaum Quraisy melarangnya, terutama paman-pamannya. Lantas dia bertanya bagaimana saya harus melaksanakan nazar saya? Akhirnya disarankan untuk dibawa ke Arafah, lalu diundi lagi.

Nama Nenek Nabi dan Kisah Cinta Abdullah
Jika diundi yang keluar nama Abdullah, maka Abdul Mutthalib akan bersedekah dengan 10 ekor onta sebagai ganti anaknya dan begitu seterusnya, dan jika yang keluar nama onta, maka dia akan berhenti dan onta sebanyak itu akan disembelih. Sampai sepuluh kali undian, nama yang keluar adalah Abdullah. Itu berarti sudah 100 onta yang harus dipotong. Baru pada undian kesebelas, nama yang keluar adalah onta. Walhasil, 100 ekor onta akhirnya dipotong sebagai pengganti jasad atau jiwanya Abdullah.

Lihat juga: Contoh RPP kelas 4 semester 1

Kelebihan Abdullah

Dari sisi keturunan, Abdullah adalah putra Abdul Mutthalib, Beliau (Abdul Mutthalib) adalah alah satu dari pemuka Quraisy dan orang yang paling dihormati di Makkah. Dari sisi akhlak, Abdullah merupakan orang yang dikenal sebagai pemuda yang berakhlak mulia. Bahkan, kebiasaan negatif yang banyak dilakukan oleh pemuda Makkah pada masa itu, beliau Abdullah  tidak ikut melakukannya. Termasuk Mengenai Free sex yang biasa dilakukan pada masa itu. Bahkan beliau bertekad untuk tidak pernah melakukan hubungan badan dengan lawan jenis kecuali dengan istrinya. Di usianya yang ke-25, beliau dinikahkan dengan Aminah, putri Wahab yang merupakan salah seorang pemuka Quraisy. Kemudian Abdullah dinikahkan dengan Aminah dan inilah Abdullah pertama kali melakukan hubungan biologis. Dalam beberapa referensi diceritakan bahwa, kedua pasangan ini baru melakukannya sekali, setelah itu, Abdullah sudah diperintahkan oleh orang tuanya pergi ke Syam untuk berdagang.

Wafat

Terdapat beberapa riwayat tentang wafatnya Abdullah. Pertama dan yang paling populer :
1.Abdullah meninggal dalam perjalanan kembali ke Makkah, dimakamkan di Abha. Rasulullah SAW masih dalam kandungan ibunya di bulan keenam.
2.Riwayat kedua, beliau kembali dari berdagang ke Syam.
Ada juga riwayat yang mengatakan beliau baru kembali dari Madinah guna memetik kurma untuk dibawa ke Makkah.
3.Ada juga pendapat yang mengatakan beliau sakit di Madinah, lalu belum lagi sembuh benar beliau pulang ke Makkah dan meninggal, itu terjadi setelah kelahiran Rasulullah SAW 2 bulan.
4.Ketika wafat usia Abdullah 25 tahun. Warisan yang ditinggalkan Abdullah adalah : 5 ekor onta, beberapa ekor kambing dan seorang budak perempuan yang bernama Barakah atau yang lebih dikenal dengan Ummu Aiman.

Ibu Kandung

Aminah binti Wahab ibn Abd Manaf ibn Zuhrah ibn Kilab ibn Murrah.
Lahir di Makkah, sekitar 18 tahun sebelum Rasulullah SAW dilahirkan.
Ibunya Siti Aminah adalah : Barrah bint Abd al-’Uzza ibn Utsman ibn Abd al-Dar, ibn Qushay ibn Kilab, ibn Murrah.
Aminah bint Wahab adsalah Wanita dengan nasab terbaik yang ada di Quraisy, mempunyai akhlak yang baik dan menjaga kehormatannya dengan baik.

Aminah bint Wahabadalah Wanita yang Rasulullah SAW banggakan dengan sabdanya :Sesungguhnya aku adalah anak seorang perempuan dari Quraisy yang memakan Qadid (dendeng). (HR. Ibn Majah)
Allah terus memindahkan aku dari tulang shulb yang baik, dipindahkan ke rahim yang suci, bersih, terpilih. Tidaklah ia mempunyai dua cabang kecuali aku masuk dalam yang terbaik.

Pernikahannya dengan Abdullah

Di hari-hari pesta pernikahan, di malam pertama pasangan pengantin ini, Aminah bermimpi yang ia ceritakan kepada suaminya Abdullah : Aku melihat cahaya yang memancar dengan lembut sehingga menerangi dunia dan seisinya. Hingga seolah-olah terlihat olehnya megahnya istana Bushra di negeri Syam. Lalu ada suara yang membisik : Kamu sudah mengandung pemimpin umat ini.

Alkisah, Aminah teringat seorang peramal Quraisy yang bernama Sauda’ Bint Zuhrah al-Kilabiyah pernah berkata kepada penduduk Bani Zuhrah bahwa akan lahir dari turunan kalian seorang pengingat atau pemberi peringatan. Para penduduk kala itu meminta peramal ini untuk menunjukkan orang yang akan melahirkan dari rahimnya pemberi peringatan tersebut. Sauda’ sang peramal menunjuk kepada Aminah.

Kejadian serupa menimpa Abdullah yang menjelang malam pertamanya dengan Aminah, datang kepadanya Putri Naufal ibn Asad, saudara perempuan Waraqah ibn Naufal sang pendeta, dia menawarkan diri untuk dinikahi atau disetubuhi pada malam itu juga. Akan tetapi Abdullah yang sudah berjanji akan menjaga keperjakaannya menolak. Esok harinya, ketika Abdullah bertemu dengannya lagi, Abdullah bertanya : Mengapa engkau tidak menawarkan diri kepadaku lagi? wanita itu menjawab : Cahaya yang menemani kamu kemarin sudah tidak ada lagi hari ini, maka saya tidak menginginkanmu lagi. 10 hari pasangan suami istri ini menikmati indahnya rumah tangga, sampai akhirnya Abdullah harus ikut bergabung dengan rombongan pedagang yang akan berangkat ke Syam.

Menunggu Suami

Sebulan setelah kepergian sang suami, Aminah merasa bahwa ia hamil. Kondisi ini semakin menambah kerinduan kepada suami.

Tiba musim pedagang Makkah kembali dari Syam, Aminah yang ditemani oleh pembantunya yang bernama Ummu Aiman, duduk menanti sang suami datang.

Ketika tamu datang, yang muncul adalah ayah dan mertuanya, Wahb dan Abdul Mutthalib. Mereka mengabarkan bahwa Abdullah harus tinggal di Yatsrib, di rumah seorang kerabat, karena sakit yang diderita.
Selang beberapa hari kemudian, utusan dari Yatsrib datang membawa kabar duka, Abdullah meninggal dunia.

Pengantin baru ini sedih luar biasa, kerinduan akan suami sangat terasa. Namun takdir tidak bisa ditolak, ajal tidak bisa ditunda. Kematian akhirnya akan datang kepada siapa saja.

Melahirkan Anak Pertama

Sembilan bulan janin dikandung, tiba harinya, lahirlah bayi yang dinantikan itu. Detik-detik sebelum kelahiran bayi ini, Aminah menyaksikan cahaya menyinari rumahnya. Bidan yang menangani prosesi kelahiran ini adalah al-Syifa’, ibu dari Abdurrahman ibn ‘Auf. Dia bercerita bahwa yang dia lihat pertama kali adalah cahaya yang begitu terang benderang. Tidak ada kesulitan sama sekali dalam proses persalinan ini. Ditemani oleh Ummu Aiman, sang pembantu, al-Syifa’ dengan mudah melaksanakan tugasnya sebagai seorang bidan. Kegembiraan pun menyelimuti Aminah, bayi yang ditunggu-tunggunya sudah lahir dengan selamat, bahkan penuh dengan keajaiban.

Belum lagi kegembiraan itu sempurna, kesedihan harus datang lagi, sang anak tidak mau disusui. Hari pertama ditolak, hari kedua demikian pula. Ibu muda ini pun bingung, 2 hari bayi ini tidak makan apa-apa, bagaimana jika dia sakit lalu meninggal. Kesedihan dan kekhawatiran seorang ibu pun mulai menyelimuti dirinya. Ketika keadaannya seperti itu, datanglah Tsuwaybah, budak atau pembantu Abu Lahab, paman si bayi, menawarkan untuk menyusuinya. Dan aneh, bayi ini mau disusui oleh Tsuwaybah. Alhasil, Tsuwaybah menjadi ibu susu bayi ini untuk beberapa hari.

Lihat juga:  Perbincangan Hati dan Mata

Pendidikan Awal Untuk Sang Putra

Bayi yang baru dilahirkannya, diambil oleh sang kakek, Abdul Mutthalib, dibawa ke Ka’bah, di sanalah ia dinamakan dengan Muhammad. Tidak lama kemudian, sekitar 8 hari, sebagaimana adat orang Makkah pada waktu itu, mereka menitipkan anak-anaknya kepada ibu-ibu susu. Muhammad pun dititipkan kepada Halimah al-Sa’diyah untuk disusui dan dididik di kampungnya, daerah Bani Sa’ad (sekitar 25 km dari Makkah). Dua tahun Muhammad dititipkan di Bani Sa’ad, baru kemudian dikembalikan ke pangkuan ibu kandungnya. Akan tetapi dengan bujuk rayu Halimah dan suaminya al-Harits, Muhammad kembali dititipkan kepadanya. Selang beberapa bulan kemudian, Muhammad dikembalikan lagi kepada ibu kandungnya di Makkah, dan mulai saat itu, Muhammad berada di bawah belai kasih dan didikan Aminah serta bantuan Ummu Aiman sang pembantu. Dengan penuh kasih sayang dan perhatian, Aminah membesarkan putra tunggalnya Muhammad, hari demi hari, bulan demi bulan.

Wafat Aminah

Tiga tahun Aminah mendidik anak tunggalnya dengan penuh suka dan duka.  tetapi, Kelucuan, keceriaan dan ketangkasan Muhammad, mampu untuk menggembirakan hatinya. Setlah ditinggal suami tercinta, kerinduan akan mendiang suami tidak juga bisa terlupakan. Ia memutuskan untuk menziarahi makam sang suami sambil menziarahi kerabat yang ada di kota Yatsrib. Dengan mengajak serta anak dan pembantunya Ummu Aiman, Aminah mengikut kafilah dagang, berangkat ke Yatsrib. Dalam riwayat, ikut pula mertua beliau Abdul Mutthalib. Ajal tidak dapat ditolak, malaikat maut tidak pernah kompromi, kematian akan datang kepada setiap manusia pada saat yang sudah ditentukan. Di tengah perjalanan pulang kembali ke Makkah, tepatnya di kampung Abwa, 210 km dari Madinah arah Makkah, Aminah meninggal dunia dan dimakamkan di sana. Usia beliau kala itu sekitar 24 tahun.

Lengkap sudah, Muhammad menjadi yatim piatu. Mulai hari itu, anak kecil ini tidak lagi akan mendengar canda ibu, setelah dia tidak pernah melihat kharisma wajah sang ayah. Muhammad kembali ke Makkah bersama Ummu Aiman, kakeknya Abdul Mutthalib dan rombongan kafilah dagang.

Untuk lebih jelas daan perincinya, kami sedikit menguraikan Nasab Nenek moyang nabi walupun tidak dalam bentuk bagan. 

Pohon Nasab

Nasab Ayah dan Ibu

Ayah : Abdullah ibn Abdul Muththalib ibn Hasyim ibn Abd Manaf ibn Qushay ibn Kilab ibn Murrah ibn Ka’ab ibn Lu’ay ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik ibn al-Nadr ibn Kinanah ibn Khuzaimah ibn Mudrah ibn Ilyas ibn Mudhar ibn Nizar ibn Ma’ad ibn Adnan.

Ibu : Aminah bint Wahb ibn Abd Manaf ibn Zuhrah ibn Kilab. Nasab kedua orangtua baginda bertemu di salah satu kakek mereka yang bernama Kilab.

Nasab Kakek & Nenek

Kakek dari pihak ayah adalah : Abdul Mutthalib ibn Hasyim ibn Abd Manaf ibn Qushay ibn Kilab ibn Murrah ibn Ka’ab ibn Lu’ay ibn Ghalib ibn Fihr ibn Malik ibn Nadhr ibn Kinanah ibn Khuzaimah ibn Mudrikah ibn Ilyas ibn Mudhar ibn Nizar ibn Ma’ad ibn Adnan.

Nenek dari pihak ayah adalah : Fatimah bint ‘Amr ibn ‘A’idz ibn Imran ibn Makhzum ibn Yaqizah ibn Murrah ibn Ka’ab ibn Lu’ay.
Kakek dari pihak ibu adalah : Wahb ibn Abd Manaf ibn Zuhrah ibn Kilab ibn Murrah.
Nenek dari pihak ibu adalah : Barrah bint Abd al-’Uzza ibn Utsman ibn ‘Abd al-Dar ibn Qushay ibn Kilab ibn Murrah. Dari paparan di atas, nasab ke atas Rasulullah dari pihak ibu dan ayah, semua bertemu di Murrah, termasuk dengan Khadijah.
Demikian sekelumit Sejarah Ayah Nabi Muhammad Dan Nama-nama Nenek Nabi baik dari jalur Ayah atau dari jalur Ibu sebagai bukti bahwa Nasab Beliau adalah lingkaran kalung mutiara yang dijaga oleh Allah.
Sumber : (Al-Bad'u wa At-Taariikh jilid I, Hal, 528) 
Sumber : ( Anwarul Muhammadiyah, Yusuf An Nabhaniy)
Sumber : ( Madarij Al-Su'ud ila Iktisa al-Burud Syarah kitab al-Barjanzi Syekh Ja;far, karangan Muhammad Ibn 'Umar al-Bantani  (Semarang, Matba'at Taha Putra,t.t.).

Artikel keren lainnya:

Tahap Perkembangan Psikologi Anak

Tahap Perkembangan Psikologi Anak- Seorang ahli Psikologi mengungkapkan ada beberapa tahapan perkembangan kognitif pada anak, diantaranya adalah:

1. Stadium sensori-motorik (0-18 atau 24 bulan)

Piaget berpendapat bahwa dalam perkembangan kognitif selama stadium sensori motorik ini, inteligensi anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi simulasi sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah tindakan konkrit dan bukan tindakan imaginer atau hanya dibayangan saja. Piaget menamakan proses ini sebagai proses desentrasi, artinya anak dapat memandang dirinya sendiri dan lingkungan sebagai dua entitas yang berbeda. Sebelum usia 18 bulan, anak belum mengenal object permanence. Artinya, benda apapun yang tidak ia lihat, tidak ia sentuh, atau tidak ia dengar dianggap tidak ada meskipun sesungguhnya benda itu ada. Dalam rentang 18 – 24 bulan barulah kemampuan object permanence anak tersebut muncul secara bertahap dan sistematis.
Tahap Perkembangan Psikologi Anak

Lihat juga : Pendidikan karakter anak usia dini

2. Stadium pra-operasional (18 bulan—7 tahun)

Stadium pra-operasional dimulai dengan penguasaan bahasa yang sistematis, permainan simbolis, imitasi (tidak langsung) serta bayangan dalam mental. Semua proses ini menunjukkan bahwa anak sudah mampu untuk melakukan tingkah laku simbolis. Anak sudah memiliki penguasaan sempurna tentang object permanence. Artinya, anak tersebut sudah memiliki kesadaran akan tetap eksisnya suatu benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia tinggalkan atau sudah tak dilihat, didengar atau disentuh lagi. Jadi, pandangan terhadap eksistensi benda tersebut berbeda dengan pandangan pada periode sensori motor, yakni tidak bergantung lagi pada pengamatannya belaka. Pada periode ditandai oleh adanya egosentris serta pada periode ini memungkinkan anak untuk mengembangkan diferred-imitation, insight learning dan kemampuan berbahasa, dengan menggunakan kata-kata yang benar serta mampu mengekspresikan kalimat-kalimat pendek tetapi efektif.
  • Berpikir pra-operasional masih sangat egosentris. Anak belum mampu (secara perseptual, emosional-motivational, dan konsepsual) untuk mengambil perspektif orang lain.
  • Cara berpikir pra-operasional sangat memusat (centralized). Bila anak dikonfrontasi dengan situasi yang multi-dimensional, maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi saja dan mengabaikan dimensi-dimensi yang lain dan akhirnya juga mengabaikan hubungannya antara dimensi-dimensi ini.
  • Berpikir pra-operasional adalah tidak dapat dibalik (irreversable). Anak belum mampu untuk meniadakan suatu tindakan dengan memikirkan tindakan tersebut dalam arah yang sebaliknya.
  • Berpikir pra-operasional adalah terarah statis. Bila situasi A beralih ke situasi B, maka anak hanya memperhatikan situasi A, kemudian B. Ia tidak memperhatikan transformasi perpindahannya A ke B.
  • Berpikir pra-operasional adalah transductive (pemikiran yang meloncat-loncat). Tidak dapat melakukan pekerjaan secara berurutan . Dari total perintah hanya satu/ beberapa yang dapat dilakukan.
  • Berpikir pra-operasional adalah imaginatif, yaitu menempatkan suatu objek tidak berdasarkan realitas tetapi hanya yang ada dalam pikirannya saja.

3. Stadium operasional konkrit (7—11 tahun)

Cara berpikir anak yang operasional konkrit kurang egosentris. Ditandai oleh desentrasi yang besar, artinya anak sekarang misalnya sudah mampu untuk memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi ini satu sama lain. Anak sekarang juga memperhatikan aspek dinamisnya dalam perubahan situasi. Akhirnya ia juga sudah mampu untuk mengerti operasi logis dari reversibilitas. Pada dasarnya perkembangan kognitif anak ditinjau dari karakteristiknya sudah sama dengan kemampuan kognitif orang dewasa. Namun masih ada keterbatasan kapasitas dalam mengkoordinasikan pemikirannya. Pada periode ini anak baru mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret.

 Lihat juga : Alasan mengapa anak suka berbohong

Ada juga kekurangan dalam cara berpikir operasional konkrit. Yaitu anak mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu tetapi hanya dalam situasi yang konkrit. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan dengan suatu masalah (misalnya masalah klasifikasi) secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik.

4. Stadium operasional formal (mulai 11 tahun)

Pada periode ini seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara simultan maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif yaitu :
  • Kapasitas menggunakan hipotesis; kemampuan berfikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan yang dia respons dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak.
  • Kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak; kemampuan untuk mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak secara luas dan mendalam.
Sedangkan menurut Erik Erikson (1963), ada 4 tahap perkembangan psikosial anak, antara lain:

 1.  (dari sejak lahir-1 tahun)

Sikap dasar psikososial yang dipelajari oleh bayi, bahwa mereka dapat mempercayai lingkungannya. Timbulnya trust (percaya) dibantu oleh adanya pengalaman yang terus-menerus, berkesinambungan, adanya pengalaman yang ada kesamaannya dengan ‘trust’ dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi oleh orang tuanya. Apabila anak terpenuhi kebutuhan dasarnya dan apabila orang tuanya memberikan kasih sayang dengan tulus, anak akan berpendapat bahwa dunianya (lingkungannya) dapat dipercaya atau diandalkan. Sebaliknya apabila pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anaknya tidak memberikan/memenuhi kebutuhan dasar yang diperlukan, tidak konsisten atau sifatnya negatif, anak akan cemas dan mencurigai lingkungannya.

2. ( antara 2-3 tahun)

Segera setelah anak belajar ‘trust’ atau ‘mistrust’ terhadap orang tuanya, anak akan mencapai suatu derajat kemandirian tertentu. Apabila ‘toddler’ (1,6-3 tahun) mendapat kesempatan dan memperoleh dorongan untuk melakukan yang diinginkan anak dan sesuai dengan tempo dan caranya sendiri, tetapi dengan supervisi orang tua dan guru yang bijaksana, maka anak akan mengembangkan kesadaran autonomy. Tetapi apabila orang tua dan guru tidak sabar dan terlalu banyak melarang anak yang berusia 2-3 tahun, maka akan menimbulkan sikap ragu-ragu terhadap lingkungannya. Sebaiknya orang tua menghindari sikap membuat malu anak apabila anak melakukan tingkah laku yang tidak disetujui orang tua. Karena rasa malu biasanya akan menimbulkan perasaan ragu terhadap kemampuan diri sendiri

3.  (antara 4-5 tahun)

Kemampuan untuk melakukan partisipasi dalam berbagai kegiatan fisik dan mampu mengambil inisiatif untuk suatu tindakan yang akan dilakukan. Tetapi tidak semua keinginan anak akan disetujui orang tua dan gurunya. Rasa percaya dan kebebasan yang baru saja diterimanya, tetapi kemudian timbul keinginan menarik rencananya/kemauannya, maka timbul perasaan bersalah.

Apabila anak usia 4-5 tahun diberi kebebasan untuk menjelajahi dan bereksperimen dalam lingkungannya, dan apabila orang tua dan guru memberikan waktu untuk menjawab pertanyaan anak, maka anak cenderung akan lebih banyak mempunyai inisiatif dalam menghadapi masalah yang ada di sekitarnya. Sebaliknya apabila anak selalu dihalangi keinginannya, dan dianggap pertanyaan atau apa saja yang dilakukan tidak ada artinya, maka anak akan selalu merasa bersalah.

4.  (6-11 tahun)

Dimensi polaritasnya adalah: memperoleh perasaan gairah dan di pihak lain mengatasi perasaan rendah diri. Dalam hubungan sosial yang lebih luas, anak menyadari kebutuhan untuk mendapat tempat dalam kelompok seumurnya. Anak harus berjuang untuk mencapai hal tersebut. Bila dalam kenyataannya ia masih dianggap sebagai anak yang lebih kecil baik di mata orang tua maupun gurunya, maka akan berkembang perasaan rendah diri. Anak yang berkembang sebagai anak yang rendah diri, tidak akan pernah menyukai belajar atau melakukan tugas-tugas yang bersifat intelektual. Yang lebih parah, anak tidak akan percaya bahwa ia akan mampu mengatasi masalah yang dihadapinya. sumber.

Lihat juga: Pendidikan Anak Usia Dini

Demikian Tahap Perkembangan Psikologi Anak semoga bisa bermanfaat.

Artikel keren lainnya:

Teori-Teori Pendidikan (Klasik, Personal dan Interaksional)

Teori-Teori Pendidikan (Klasik, Personal dan Interaksional)- Pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogiek” (pais =anak, gogos=membimbing/menuntun, iek=ilmu) adalah ilmu yang membicarakan bagaimana memberikan bimbingan kepada anak. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diterjemahkan menjadi ‘education’ (Yunani, educare) yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang.
Teori-Teori Pendidikan (Klasik, Personal dan Interaksional)- Pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogiek” (pais =anak, gogos=membimbing/menuntun, iek=ilmu) adalah ilmu yang membicarakan bagaimana memberikan bimbingan kepada anak. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diterjemahkan menjadi ‘education’ (Yunani, educare) yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang.   A. Pendidikan Klasik  Pendidikan klasik adalah pendidikan yang dipandang sebagai konsep pendidikan tertua. Pendidikan ini bermula dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya (pengetahuan, ide-ide atau nilai-nilai) telah ditemukan oleh pemikir terdahulu. Pendidikan hanya berfungsi memelihara atau meneruskan ke genenerasi berikutnya (Sukmadinata, 2009:7). Jadi guru tidak perlu susah-susah mencari ataupun mencipatakan pengetahuan, konsep atau nilai-nilai baru sebab semua sudah tersedia tinggal bagaimana menguasai dan mengajarkannya pada siswa.

A. Pendidikan Klasik

Pendidikan klasik adalah pendidikan yang dipandang sebagai konsep pendidikan tertua. Pendidikan ini bermula dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya (pengetahuan, ide-ide atau nilai-nilai) telah ditemukan oleh pemikir terdahulu. Pendidikan hanya berfungsi memelihara atau meneruskan ke genenerasi berikutnya (Sukmadinata, 2009:7). Jadi guru tidak perlu susah-susah mencari ataupun mencipatakan pengetahuan, konsep atau nilai-nilai baru sebab semua sudah tersedia tinggal bagaimana menguasai dan mengajarkannya pada siswa.

Dalam teori pendidikan klasik lebih menekankan pada isi pendidikan daripada proses atau bagaimana mengajarkannya. Isi pendidikan tersebut diambil dari disiplin-disiplin ilmu yang telah ditemukan oleh para ahli terdahulu (Sukmadinata, 2009:8).

Dalam pendidikan klasik tugas guru dan pengembang kurikulum adalah memilih dan menyajikan materi sesuai dengan tingkat perkembangan perserta didik. Sebelum menyampaikannya pada peserta didik pendidik harus mempelajarinya dengan sungguh-sungguh karena tugas pendidik bukan hanya mengajarkan materi pengetahuan tetapi juga melatih keterampilan dan menanamkan nilai.

Ada dua model konsep pendidikan klasik yaitu perenialisme dan esensialisme. Keduanya memiliki pandang yang sama tentang masyarakat, bahwa masyarakat bersifat statis.

Lihat juga: Pengertian Pendidikan

1. Perenialisme

Filsafat Perenalisme memandang bahwa situasi di dunia dewasa ini penuh dengan kekacauan, ketidakpastian terutama dalam hal moral intelektual dan sosio kultural. Untuk mengatasi kekacau tersebut para kaum perenialis mengatasinya dengan cara berjalan mundur kebelakang dengan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup masyarakat kuno. Mereka lebih berorentasi ke masa lampau dan kurang mementingkatkan tuntutan-tuntutan masyarakat yang berkembang pada sekarang (Sukmadinata, 2009:8). Mereka percaya bahwa pandangan tersebut memiliki kualitas yang dapat dijadikan tuntutan hidup (Sadulloh, 2012:151). Di dalam dunia yang tidak menentu seperti sekarang ini tidak ada satupun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku pendidik.

Dalam pendidikan perenialisme ini lebih menekankan pada humanitas, pembentukan pribadi, dan sifat-sifat mental. Sedangkan kurikulum menurut para kaum perenalis harus menekankan pada pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi “terpelajar secara kultur” karena seni dan sains merupakan karya terbaik paling signifikan yang diciptakan manusia Contohnya adalan Pendidikan Pondok Pesantren.

2. Esensialisme 

Esensialisme berkembang di Amerika Serikat dalam mayarakat industri. Pendidikan ini lebih mengutamakan sains daripada humnistis. Mereka lebih pragmatis, pendidikan diarahkan dalam mempersiapkan gnerasi muda untuk terjun ke dunia kerja. Konsep ini lebih berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang. Isi pengajaran lebih diarahkan kepada pembentukam keterampilan dan pengembangan kemampuan vocational. Para esensial bersifat praktis mengutamakan kerja, mereka menghargai seni, keindahan dan humanistis sepanjang hal itu mendukung kehidupan sehari-hari, kehidupan produktif. Tujuan utama pendidikan, menurut para esensialis adalah (1) memperoleh pekerjaan yang lebih baik, (2) dapat bekerja sama lebih baik dengan orang dari berbagai tingkatan/lapisan masyarakat (3) memperoleh pengahasilan lebih banyak. Mereka berfikiran praktis bahwa pendidikan adalah jalan untuk mencapai sukses dalam kehidupan, terutama sukses secara ekonomis (Sukmadinata, 2009:9).

B. Pendidikan pribadi/Personal

Teori pendidikan pribadi bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.

Teori ini memiliki dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik. Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya- Francis Parker dan John Dewey –memandang bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia merefleksikan terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya itu, ia dapat memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan ahli dalam metodologi dan membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya masing-masing. Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau tentang tabula rasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah,– memiliki nurani kejujuran, kebenaran dan ketulusan.

Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri.Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis).
 
Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Keduanya juga mempunyai perbedaan, sebab yang diutamakan dalam teknologi pendidikan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Teknologi pendidikan lebih berorientasi ke masa sekarang dan yang akan datang, tidak seperti pendidikan klasik yang lebih melihat ke masa lalu. Perkembangan teknologi pendidikan dipengaruhi dan sangat diwarnai oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Hal itu memang sangat masuk akal, karena teknologi pendidikan bertolak dari dan merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmu dan teknologi dalam pendidikan. Teknologi telah masuk ke semua segi kehidupan, termasuk dalam pendidikan.

Menurut pandangan klasik, pengalaman manusia itu bersifat menetap, sama dari tahun ke tahun. Berbeda dengan pandangan teknologi pendidikan, pengalaman manusia itu selalu berubah, hari ini lebih baik dari kemarin dan besok lebih baik dari hari ini. Kehidupan dan perkembangan itu selalu baru.

Menurut teori ini, pendidikan adalah ilmu dan bukan seni, pendidikan adalah cabang dari teknologi ilmiah. Dengan pengembangan desain program, pendidikan menjadi sangat efisien. Efisiensi merupakan salah satu cirri utama teknologi pendidikan. Dalam pengembangan desain program, teknologi pendidikan juga melibatkan penggunaan perangkat keras, alat-alat audiovisual dan media elektronika. Dalam konsep teknologi pendidikan, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus. Isi pendidikan berupa data-data objektif dan keterampilan-keterampilan yang mengarah kepada kemampuan vocational. Isi disusun dalam bentuk desain program dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para siswa belajar secara individual. Siswa berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak melakukan tugas-tugas pengelolaan daripada penyampaian dan pendalaman bahan. Apabila digunakan media elektronika, guru terbebas dari tugas pengembangan segi-segi nonintelektual.


Lihat juga : Pendidikan Luar Sekolah


Kurikulum teknologi pendidikan menekankan kompetensi atau kemampuan-kemampuanan praktis. Materi disiplin ilmu dipelajari dan termasuk dalam kurikulum, apabila hal itu mendukung penguasaan kemampuan-kemampuan tersebut. Dalam kurikulum, materi disiplin ilmu tersebut disusun terjalin dalam kemampuan. Penyusunan kurikulum dilakukan para ahli dan atau guru-guru yang mempunyai kemampuan mengembangkan kurikulum. Perangkat kurikulum cukup lengkap mulai dari struktur dan sebaran mata pelajaran sampai dengan rincian bahan ajar yang dipelajari siswa, yang tersusun dalam satuan-satuan bahan ajar. Dalam satuan-satuan bahan ajar tersebut tercakup pula kegiatan pembelajaran dan bentuk-bentuk serta alat penilaiannya.

Teknologi pendidikan dapat didefinisikan dengan begagai macam formulasi. Tidak ada satupun fomulasi yang paling benar, karena berbagai formulasi saling mengisi (Yusufhadi Miarso, 2004: 6). Teknologi pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan terintegrasi meliputi manusia, alat, dan sistem termasuk diantaranya gagasan, prosedur, dan organisasi. Teknologi pendidikan memakai pendekatan yang sistematis dalam rangka menganalisa dan memecahkan persoalan proses belajar.teknologi pendidikan merupakan suatu bidang yang berkepentingan dengan pengembangan secara sistematis berbagai macam sumber belajar, termasuk di dalamnya pngelolaan dan penggunaan sumber tersebut. Teknologi pendidikan beroperasi dalam seluruh bidang pendidikan secara rasional berkembang dan berintegrasi dalam berbagai kegiatan pendidikan.

Teknologi pendidikan merupakan spesialisasi lebih lanjut dari ilmu pendidikan yang terutama berkepentingan dalam mengatasi masalah belajar pada manusia, dengan memanfaatkan berbagai macam sumber insani dan non-insani dan menerapkan konsep system dalam usaha pemecahannya itu. Penggarapan ditopang dengan sejumlah teori, model, konsep, dan prinsip dari bidang dan disiplin lain seperti ilmu perilaku, ilmu komunikasi, ilmu kerekayasaan, teori/konsep system, dan lain-lain yang tidak dapat diperinci satu per satu. Penggarapan ini dilakukan dengan sistematik dan sistemik. Teknologi pendidikan berusaha menjelaskan, meringkaskan, member orientasi, dan mensistematiskan gejala, konsep, teori yang saling berkaitan, dan menggabungkannya menjadi satu, yang merupakan pendekatan isomeristik, yaitu pendekatan yang menekankan pada perlunya ada daya lipat atau sinergi. Teknologi pendidikan juga berusaha mengidentifikasi hal-hal yang belum jelas/belum terpecahkan, dan mencari cara-cara baru yang inovatif sesuai dengan perkembangan budaya dan hasrat manusia untuk memperbaiki dirinya.

D. Pendidikan Interaksional 

Pendidikan Interaksional dikembangkan berdasarkan pemikiran filsafat pragmatisme dimana masyarakat (manusia) sebagai pusat. Jadi pendidikan mengacu kepada perkembangan masyarakat.

Diana Lapp (1975: 195-215) menguraikan pandangan mengenai pendidikan interaksional berdasarkan identifikasi pendidikan, pendidikan interaksional bersifat radikal yakni mengacu kepada akar proses pendidikan (apa dan mengapa), dan pendidikan tersebut bersifat humanistik yakni bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang perkembangan potensinya dipengaruhi oleh ketergantungan dengan orang lain. Konteksnya adalah masyarakat manusia. Interaksi yang dimaksud adalah hasil belajar yang diperoleh melalui interaksi antara guru dan murid, interaksi antara murid dengan content, dan interaksi antara pikiran siswa dengan kehidupannya.

Hasil belajar yang diperoleh melalui interaksi antara guru dan siswa menurut pandangan interaksional adalah adanya dialog antara guru dan siswa, belajar ada dalam pertukaran dialog tersebut. Belajar tidak sekedar mengumpulkan fakta, tetapi lebih kepada pengalaman dalam mengerti fakta yang diinterpretasikan ke dalam keseluruhan konteks kehidupan.

Interaksi antara siswa dengan content memberi arti bahwa content mengarahkan siswa untuk mempertanyakan apa (fakta), bagaimana (keterampilan) dan mengapa (tujuan/arti). Dengan demikian timbul kesadaran diri dan kesadaran sosial, bagaimana saya dapat memahami dunia saya? atau siapa saya di dunia ini?. Content merupakan aspek lingkungan siswa.

Interaksi antara pikiran siswa dengan kehidupannya didasarkan pada kebenaran tidak pernah dianggap otentik sebelum dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila siswa telah mengalaminya, pengalaman tersebut dikembalikan kepada proses interaksi antara dirinya dengan pikirannya sehingga siswa memperoleh pandangan baru tentang kehidupan.

Tarunasena Makmur (2011) mengatakan bahwa pandangan interaksional ini didasarkan pada pemikiran mengenai eksistensi manusia dalam memandang kehidupan didunia yang berdasarkan teori tentang pengetahuan dan nilai yang dianutnya. Dia juga membagi empat sub mengenai pemikiran pendidikan interaksional:

1. Gambaran tentang Manusia

Dalam pemikiran interaksional, figur utama adalah manusia yang berinteraksi dengan sesama dan dengan dunianya. Siapakah manusia?, bagaimana kemampuanya?, apa tujuan hidupnya?. Dalam kehidupan modern, justru banyak hal yang membatasi interrelasi antara sesama manusia. Tanpa disadari, kehidupan modern mengkotak-kotak manusia, sehingga diupayakan melalui pendidikan interaksional ini manusia sadar akan ketergantungan dengan sesama manusia.

2. Pandangan Dunia

Manusia memiliki gambaran konseptual tentang lingkungannya yang tidak hanya diketahui tetapi dijalani dengan sebaik-baiknya. Menurut pandangan interaksional suara tiap individu memberi kontribusi terhadap bentuk budaya dunia yang berkembang, serta mencapai kematangan setelah beberapa generasi. Pandangan dunia merupakan dasar yang penting untuk kelangsungan hidup. Manusia tidak akan melakukan sesuatu tanpa keberartian dimana setiap orang percaya dan mengharapkannya. Hanya melalui pembaharuan komunikasi dalam masyarakat, manusia dapat menemukan bagian yang tidak berfungsi di dalam dunia, sehingga kemudian melahirkan proses baru yakni pandangan kemanusiaan. Tugas inilah yang merupakan tugas pendidikan interaksional.

3. Teori tentang Pengetahuan

Pendidikan interaksional melihat kebenaran lebih dari sekedar metode ilmiah. Pengetahuan yang didasarkan pengamatan merupakan pengetahuan yang melibatkan kehidupan seseorang. Jika ingin memperoleh kebenaran yang dimengerti secara mendalam, maka dilakukan interaksi antara sesama manusia.

4. Nilai

Pemikiran tentang nilai dikembangkan melalui dua pandangan yakni metoda menyeleksi nilai dan karakteristik tentang nilai. Karena masyarakat berbeda satu dengan yang lain, maka pandangan interaksional menghormati dan mendorong tumbuhnya variasi nilai dalam masyarakat seperti menerima bermacam-macam pandangan tentang kebenaran. Pandangan interaksional mendukung perbedaan nilai seperti validitas institusi, proses politik, dan teknologi, dimana elemen-elemen ini mendukung nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat, yakni nilai-nilai cinta, kebenaran, kerja sama, kebebasan, dan tanggungjawab. Manusia setiap saat berada dalam kebebasan dan memiliki tanggung jawab atas perbuatannya. Kebebasan merupakan kaki jembatan yang menyeberangkan manusia kepada tanggung jawab individu. Kemampuan seseorang memberi tanggapan, membentuk dasar masyarakat dan interaksi.

Keseluruhan dasar pemikiran interaksional tersebut memperoleh tempat tertinggi dalam memajukan umat manusia. Hal ini menuntut pemeliharaan lingkungan masyarakat, ketergantungan sosial, dan pengembangan intelektual.

Berdasarkan pemikiran tersebut kemudian oleh penganut interaksional dikembangkan teori pendidikan. Definisi pendidikan menurut interaksional adalah menumbuhkan kesadaran kritis terhadap cara memandang realitas sehingga dapat mengarahkan perbuatan menjadi efektif. Menurut Paulo Freire, manusia ada sebab mereka berada dalam situasi, dan keberadaannya lebih berarti tidak hanya memantulkan sosok bayangan dirinya melainkan karena melakukan sesuatu. Menurut penganut interaksional, pendidikan harus menemukan suatu kemungkinan yang belum teruji yang ada dalam situasi masa kini, yakni jalan untuk membantu siswa menemukan masyarakat baru dengan bentuk pendidikan baru.

Untuk mencapai bentuk pendidikan yang beriklim kemanusiaan dengan penekanan pada interaksi maka beberapa hal harus mendapat perhatian yakni :

1. Masyarakat, pendidikan harus mengacu kepada unit-unit personal, kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa saling mengenal dan saling bekerjasama dalam suasana kebenaran dan kerja sama saling bergantung. Guru harus mengenal dan mempercayai, respek terhadap pengalaman dan kemampuan siswa. Penganut interaksional mentolerir individualisme dan mengajak keterbukaan terhadap berbagai kepercayaan. Di antara masyarakat pendidikan diperkenalkan dialog yakni percakapan yang mengandung kebenaran dalam masyarakat.

2. Situasi.

Belajar harus terletak dalam konteks aktual. Belajar dapat terjadi dalam pekerjaan dan perdagangan dan dalam berbagai kehidupan nyata. Ini merupakan proses kesadaran dalam situasi kehidupan yang unik. Dengan demikian arah pendidikannya adalah masa kini dan mengacu pada masa yang akan datang.


Lihat juga : Pendidikan lingkungan hidup 

3. Kesadaran kritis.

Apabila pendidikan merupakan proses untuk menemukan diri sendiri melalui interaksi dengan masyarakat, maka gambaran masyarakat tersebut harus jelas bagi siswa. Siswa harus diberi kebebasan untuk mengeksplorasi realitas yang memungkinkan. Tujuan pendidikan interaksional adalah membantu siswa memperoleh kesadaran kritis mengenai realitas dalam masyarakatnya sehingga siswa memiliki keinginan untuk memperbaiki lingkungan, masyarakat, dan budayanya.

Artikel keren lainnya: