Perbedaan Tipis Antara Kaya dan Miskin_Saat dirundung duka, dikelilingi maslah dan keadaan hidup yang serasa makin sempit, kita akan selalu mengeluh bahkan kita hampir lupa cara tersenyum tulus tanpa beban. Ketika orang bertanya pada kita apa yang paling membahagiakan dalam hidup ? Kita selalu berpikir lama sekali, karena kita sering mendadak amnesia dan tidak ingat apa yang membuat hidup kita bahagia. Tetapi ketika orang bertanya hal apa yang paling menyedihkan dalam hidup ? Banyak sekali jawaban yang keluar dari mulut kita sampai ribuan kata keluhan yang tak terhingga. Kadang kita hampir lupa cara berbahagia. Bukan karena tidak mensyukuri apa yang diberikan Tuhan, tapi hanya ingin bertanya kenapa Tuhan memberikan ujian-ujian ini pada kita ?
Perbedaan kondisi antara yang kaya dan yang miskin betapa pun besarnya di mata kita, pada hakikatnya hanya perbedaan yang tipis. Seorang yang ditakdirkan Allah dalam keadaan kaya hanya mampu memanfaatkan sebagian kecil dari hartanya, yaitu sekedar apa yang menutupi kebutuhan. Adapun kelebihan dari harta yang dia miliki, pada akhirnya tidak mampu dia manfaatkan seluruhnya meski itu adalah miliknya.
Contohnya, jika kita melihat manusia terkaya di dunia ini, kita akan melihat bahwa dia tidak akan mampu menyantap makanan dengan kuantitas melebihi apa yang dibutuhkan oleh orang yang lebih miskin, bahkan terkadang yang miskin lebih banyak makannya ketimbang dirinya. Lebih ekstrim lagi, apakah seorang yang kaya mampu untuk menghabiskan seratus hidangan yang telah dibeli dengan seketika? Apakah dia mampu tinggal dalam satu waktu di seratus rumah yang telah dia beli? Atau mengendarai seratus mobil dan motor yang dia miliki dalam satu kali kesempatan?
Jika jawabannya tidak, maka yang jadi pertanyaan atas dasar apa kita dengki dengan apa yang dimiliki oleh mereka? Inilah yang dipahami oleh sahabat Abu ad-Darda radliallahu ‘anhu, hakiimu hadzihi al-ummah, orang yang paling bijaksana di umat ini, beliau mengatakan,
أهل الأموال يأكلون ونأكل، ويشربون ونشرب، ويلبسون ونلبس، ويركبون ونركب، ولهم فضول أموال ينظرون إليها وننظر إليها معهم، وحسابهم عليها ونحن منها برآء
“Orang yang kaya makan dan kami pun juga makan, mereka minum begitupula dengan kami, kami berpakaian sebagaimana juga dengan mereka, kami berkendara demikian pula dengan mereka, mereka memiliki harta yang berlebih untuk dilihat bersama-sama dengan kami. Namun mereka dihisab atas harta tersebut, adapun kami berlepas diri dari hal tersebut” [az-Zuhd].
Beliau juga mengatakan,
الحمد لله الذي جعل الأغنياء يتمنون أنهم مثلنا عند الموت، ولا نتمنى أننا مثلهم حينئذ، ما أنصَفَنا إخوانُنا الأغنياء: يحبوننا على الدِّين، ويعادوننا على الدنيا
“Segala puji bagi Allah yang menjadikan orang kaya berangan-angan agar menjadi seperti kami ketika menghadapi kematian, sedangkan kami pada saat itu tidak berkeinginan menjadi seperti mereka. Saudara kami yang kaya tidak berlaku adil, mereka mencintai kami karena menginginkan agama kami, namun mereka memusuhi kami karena dunia yang mereka miliki” [al-Mutamanniyin].
Kita semua tahu kalau harta memang di butuhkan oleh semua orang dalam menjalani kehidupannya. Tapi harus kita ingat bahwa harta tidak selalu memberikan kebahagiaan kepada setiap orang. Pastinya banyak orang yang berpikiran kalau banyak harta, dia akan merasa bahagia. Itu pemikiran yang salah menurut saya, karena tidak sedikit orang kaya yang iri kepada mereka yang miskin. Merekapun bertanya-tanya, kok bisa hidup serba kekurangan tapi masih terlihat bahagia dan serasa tanpa beban, suasana keluarganya pun hangat. Itu seperti yang saya katakana, harta tidak selalu memberikan kebahagiaan.
Banyak kasus di mana orang kaya hidupnya tidak tenang karena uang yang di dapatkannya ia peroleh dengan cara yang tidak baik atau tidak halal. Hatinya akan selalu merasa gelisah, jikalau semua perbuatannya terungkap, atau suatu kondisi di mana orang kaya merasa hidupnya hampa, kosong, padahal uang yang di dapatkannya ia peroleh melalui jalan dan cara yang baik serta halal. Walaupun banyak harta yang di milikinya, namun hatinya tidak merasa bahagia. Contoh lain, seorang anak yang selalu di manjakan orang tuanya dengan materi, tapi hatinya tidak bahagia, malah merasa kesepian. Mungkin anak tersebut terlihat senang-senang saja, tapi saya yakin jauh di dalam lubuk hatinya banyak sekali kekosongan dan rasa kesepian. Lantas kenapa hal itu bias terjadi ? Karena harta tidak bisa menggantikan sebuah kasih sayang orang tua, perhatian dan rasa peduli yang mereka butuhkan sebagai seorang anak. Banyak orang tua yang berpikir, dengan memberi anak mereka materi yang banyak dan memanjakannya dengan barang-barang yang mewah, itu bukti kasih sayang mereka dan bahkan asumsi mereka bahwa kalau mereka sudah tercukupi kebutuhannya. Anggapan seperti ini salah besar, karena seorang anak bisa merasa bahagia kalau dia benar-benar merasakan ketulusan kasih sayang orang tuanya walaupun dengan cara yang sangat sederhana. Mungkin kebutuhan materi mereka bisa mereka penuhi, namun kebutuhan batin yang justru sangat penting, selalu mereka abaikan, dengan alasan apa yang mereka lakukan juga untuk kebaikan, kebahagiaan dan masa depan anak-anak mereka. Pemikiran yang sangat salah menurutku.
Kalau saja mereka melihat kenyataan yang sering terjadi, di mana
anak-anak mereka menjadi sangat
nakal dan selalu membuat ulah, pemberontak dan berani terhadap orang tua, itulah dampak dari memanjakan dengan materi dan tidak terpenuhinya
kebutuhan batin mereka. Apa yang di lakukannya adalah sebagai bentuk mencari perhatian orang tuanya. Saya hanya bisa berpesan pada semua orang tua, jangan sampai apa yang nanti anak-anak mereka alami, akan membuat mereka menyesalinya.
Banyaknya harta juga tidak selamanya membuat hubungan rumah tangga suami istri menjadi bahagia. Banyak kisah nyata yang menggambarkan kondisi itu. Di mana sang suami mendapatkan promosi atau naik jabatan di kantor tempatnya bekerja. Tentu saja perubahan kondisi itu di iringi perubahan dalam materi juga. Semakin banyaknya tanggung jawab yang harus di jalaninya terkadang membuat suami menjadi tidak seperti sebelumnya. Jarang berada di rumah sehingga istri dan anak-anak merasa kehilangannya. Bahkan mungkin saja mereka berharap, lebih baik tetap berada di kondisi sebelumnya walaupun dengan materi yang tidak berlebihan. Tidak sedikit juga suami yang tiba-tiba menjadi kaya, cenderung melakukan perselingkuhan. Kasus dari pihak istri, harta yang berlebih dan posisi yang lebih tinggi dari suami bisa membuat dia menjadi tinggi hati. Dia bisa saja merasa mampu membiayai keluarga dan dirinya sendiri, sehingga tidak adanya lagi rasa hornat dan menghargai suaminya.
Kita bisa melihat dengan jelas kan bahwa harta tidak selalu memberikan kebahagiaan. Persepsi itu hanya berlaku bagi segelintir orang yang di kuasai nafsunya dalam menjalani hidup. Merasa bahwa harta membuatnya bisa melakukan atau membeli apapun. Kalaupun itu terjadi, hal itu tidak akan berlangsung lama apalagi selamanya, karena satu hal yang tidak bisa di beli dengan uang yaitu apapun yang berhubungan dengan kebutuhan batin kita, yang berupa cinta, kasih sayang, dan hati. Kita memang memerlukan harta untuk hidup, tetapi bukan berarti kita harus hidup demi harta.
Belum ada tanggapan untuk "Perbedaan Tipis Antara Kaya dan Miskin"
Posting Komentar