Kondisi Intervensi Bahasa Terhadap Penyandang Gangguan Pendengaran + Terbelakang Mental-Salah satu perkembangan mutakhir dalam kajian intervensi bahasa adalah ditemukannya kebermanfaatan system komunikasi tanpa bicara, meliputi komunikasi manual (Moores, 1974, 1979; Wilbur, 1976), system grafik (Clark & Woodcock, 1976), dan alat bantu komunikasi ekspresif bagi anak-anak cacat yang nonvokal berat (McDonald, 1979). Hal itu mendorong minat para peneliti untuk mengakaji system komunikasi itu. Diantaranya para peneliti berupaya mencari bukti efektifitas penggunaan komunikasi manual sebagai alat bantu/media dalam dunia pedagogi (pendidikan) bagi penyandang tunarungu/tuli/gangguan pendengaran di USA. Pada saat yang sama pula, dilakukan penelitian serupa pada subyek yang mengalami terbelakang mental/tunagrahita dalam berbagai seting.
Baca juga : PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK TUNAGRAHITA
Dibalik antusias yang tinggi tentang kajian dan penggunaan komunikasi manual atau system komunikasi tanpa bicara ini, perlu ada hal-hal yang menjadi catatan untuk diperhatikan. Meskipun ada beberapa bukti penelitian yang menyatakan bahwa system komunikasi nonvokal (tanp bicara) ini efektif setidaknya bagi beberapa anak, tapi belum tentu efektif untuk semua jenis atau tipe kelainan. Perlu diingatkan tendensi seperti berikut bahwa sesuatu berhasil terhadap sekelompok anak belum tentu berhasil untuk semua anak. Terlebih lagi bila dikaitkan dengan anak-anak cacat ganda (dalam hal ini gangguan pendengaran + terbelakang mental), kebanyakan orang belum mengenal kondisi anak-anak tesebut. Orang-orang sering memberi penanganan dengan menganggap bahwa kondisi terebut merupkan penjumlahan antara satu kelainan dengan kelainan yang lain. Padahal tidak bisa seperti demikian. Kondisi cacat ganda seperti demikian sangatlah kompleks, dapat meliputi area pembelajaran, psikologis, kesulitan berabahasa dan lain-lain. Kondisi tersebut sangat berbeda dengan anak-anak yang hanya mengalami satu kecacatan saja, misalnya tuli saja atau terbelakang mental saja. Kondisi itu menjadi berbebda dikarenakan anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran + terbelakang mental memliki lebih dari satu kelainan gabungan – diantaranya gangguan fungsi visual, kecerdasan, hambatan berbahasa, persepsi, konsentrasi, motorik, gangguan keseimbangan tubuh – seingga sangat berbahaya dampaknya terhadap perkembangan anak jika tidak memperhatikan kondisi itu terutama dalam konteks individualisasi pembelajaran.
Perlu diperhatikan pula, dimasa lalu kita telah terpengaruhi oleh keyakinan implicit bahwa tujuan pendidikan yang harus dicapai terlalu luas dan belum banyaknya teknik-teknik khusus. Pengaruh itu menyebabkan arah pemikiran kepada normalisasi kondisi anak sehingga bedampak pada penanganan bagi anak-anak penyandang cacat. Misalnya pada anak-anak ini yang dipaksa untuk mengikuti lingkungan yang dianggap normal. Pengaruh itu pun mengabaikan pertimbangan yang lengkap agar anak memperoleh lingkungan belajar yang tepat.
Kemudian tentunya berlanjut pada penentuan tujuan pembelajaran yang cederung ditentukan secara seragam. Terjadilah kerugian bagi anak-anak penyandang cacat dan masih terjadinya pemisahan meskipun dalam konteks lest restrictive environment. Anak-anak ini dipaksa mengikuti arus utama/norma (mainstreaming) sehingga mereka dipersiapkan terlebih dahulu sebelum dapat mengikuti lingkungan belajarnya yang dianggap normal. Itulah sedikit dampak negative dari konsep normalisasi-lest restrictive environment-mainstreaming. Terjadilah misperception dan misconception maka terjadilah pemahaman bahwa anak-anak penyandang cacat seperti autistic, multihandicapped, terbelakang mental dan lain-lain, tidak dapat mengikuti pelajaran akademik bersama teman-teman sebayanya dalam setting kelas regular. Meskipun ada pengecualian bagi anak-anak tunarungu dan tunanetra yang dainggap tidak memiliki gangguan intelelktual, tetap bisa mengikuti belajar akademik bersama anak-anak pada umumnya. Padahal dampak dari ketunarunguan dan ketunanetraan dapat menjangkau pada hambatan-hambatan itelektual, bahasa, dan perkembangan psikologis, sehingga akan berpengaruh pada kemampuan belajar akademiknya.
Baca juga : Macam-macam dan Karakteristik ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)
Dalam kaitannya dengan kasus cacat ganda/tunarungu yang terbelakang mental ini maka system pendidikan harus tetap memberikan alternative penggunaan berbagai system komunikasi bagi anak-anak ini. Anak tunarungu ganda ini akan sangat membutuhkan keterampilan komunikasi. Bahkan dalam konteks normalisasi, komunikasi manual dapat bermanfaat. Oleh karena itu system komunikasi ini sangat disarankan untuk diperkenalkan sedini mungkin. Ada beberapa bukti penelitian bahwa system komunikasi manual dapat membawa dampak positif terhadap perkembangan bahasa (Moores, 1974, Wilbur, 1976, 1979). Termasuk pula di dalamnya subsitem komunikasi manual meliputi mode grafik dan mode system symbol komunikasi (Clark & Woodcock, …, McDonald & Schultz, 1973). Inilah salah satu tujuan ditulisnya makalah ini yang didalamnya juga mencakup perbedaan aspek-aspek system komunikasi tanpa bicara bagi anak tunarungu terbelakang mental.
Harus diperhatikan pula mengenai konteks lingkungan alamiah anak itu berada ketika membuat symbol, grafik atau mode ini. Itu semua harus disesuaikan dengan kemampuan, kondisi, dan lingkungan social budaya anak. System komunikasi alternative ini dapat menjadi prioritas tersendiri atau dikoordinasikan dengan system komunikasi bicara, tergantung kepada karakteristik dan perkembangan kemampuan bahasa anak. Terdapat beberapa hal yang dapat menjadi alasan dipilihnya system komunikasi nonvokal ini (Moores, 1979):
- Sebagai system alternative yang dapat digunakan sebagai bagian dari salah satu prosedur diagnose untuk menentukan pola-pola komunikasi yang masih dapat digunakan. Merupakan langkah awal untuk mengetahui kemampuan system komunikasi yang lain secara umum atau untuk memahami kondisi lingkungannya.
- Dapat menjadi system yang efektid untuk memperoleh informasi factual dan memahami hubungannya.
- Untuk dikembangkan sebagai mekanisme mengekspresikan apa yang dibutuhkan
- Dikembangkan sebagai dasar pengembangan fungsi-fungsi bahasa yang lebih luas.
- Dapat digunakan dalam rangkan mengembangkan dan atau memperkuat kemampuan bahasa oral.
- Mengambangkan pemahaman seseorang mengenai komunikasi yang efektif.
Baca juga : Cara Mendidik Anak Agar Lebih Pintar Dan Cerdas Dalam segala hal
Sekian Kondisi Intervensi Bahasa Terhadap Penyandang Gangguan Pendengaran + Terbelakang Mental semoga bermanfaat bagi kita semua.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Kondisi Intervensi Bahasa Terhadap Penyandang Gangguan Pendengaran + Terbelakang Mental"
Posting Komentar